
Begitu selintas kesibukan di labkom kami ketika waktu bebas setelah mereka selesai mengerjakkan latihan. Program yang mereka buka rata-rata aplikasi edutaintment dan permainan (game).
Ada sensasi hangat yang saya ketika melihat mereka asik belajar sambil bermain dengan aplikasi-aplikasi berbasis linux.
Saya jadi teringat kembali percakapan dengan salah seorang rekan chatting mengenai sekolah. “Belajar seharusnya menyenangkan”. Beberapa waktu lalu siswa saya yang jarang masuk sekolah mengungkapkan alasan mereka bolos. diantaranya karena takut terhadap salah satu guru ‘killer”, ada juga yang takut ditagih SPP. Mungkin diantara kitapun ada yang ada yang memiliki pengalaman bahkan trauma semasa sekolah yang membuat kita takut atau enggan pergi ke sekolah.
Kembali ke topik, Dengan jumlah siswa 600 lebih berbanding kurang dari 20 komputer (13 diantaranya) pentium 1, sulit memberi kesempatan yang cukup pada anak untuk memanfaatkan labkom. Kami sangat bersyukur ada Sistem Operasi GPL K12LTSP yang berbasis distro fedora degan fitur diskless workstation yang memungkinkan siswa mencicipi pesatnya perkembangan teknologi informasi dengan sejumlah fitur pendidikan yang sangat disukai anak.
Meski terus terang, kadang iri juga mendengar beberapa sekolah telah memiliki lebih dari satu labkom dengan jumlah dan spesifikasi komputer yang tinggi, tapi itulah seninya, berjuang dalam keterbatasan.
Harus diakui upaya memberikan yang terbaik kepada para siswa ini tidak lepas dari kontrubusi komunitas linux yang saya ikuti, juga sumbangan saran ilmu dari teman-teman yang nggak terlalu hitungan agar migrasi ke Open Source bisa dilakukan.
Jadi, terimakasih saya semua semoga budi baik semua bisa bermanfaat bukan hanya buat saya, atau sekolah saya, tapi juga dunia pendidikan di Indonesia.
Thx 2 :
Dudi Fitriahadi dudi.fitriahadi@gmail.com
Ubuntu forum http://groups.google.co.id/group/id-ubuntu?hl=id&lnk=srg
Pak Onno W. Purbo http://wd4.blogspot.com/2005/03/onno-w-purbo.html
diskusiweb http://www.diskusiweb.com